Title of article :
Perubahan Kedalaman dan Ketebalan Termoklin pada Variasi Kejadian ENSO, IOD dan Monsun di Perairan Selatan Jawa Hingga Pulau Timor
Author/Authors :
Kunarso Universitas Diponegoro - Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - Jurusan Ilmu Kelautan, Indonesia , Hadi, Safwan Institut Teknologi Bandung - Program Studi Oseanografi, Indonesia , Ningsih, Nining Sari Institut Teknologi Bandung - Program Studi Oseanografi, Indonesia , Baskoro, Mulyono S. Institut Pertanian Bogor (IPB) - Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - Jurusan Perikanan, Indonesia
Abstract :
Lapisan termoklin berperan dalam identifikasi kedalaman lapisan renang dari ikan tuna. Identifikasi perubahan kedalaman termoklin pada variabilitas ENSO (El Nino Southern Oscilation), IOD (Indian Oscillation Dipole Mode) dan Monsun, dikaji berdasarkan data CTD(Conductivity-Temperature-Depth) dan argofloat yang terakumulasi dalam Word Ocean Data (WOD) dari tahun 1985–2011. Data angin dari National Centre for Environmental Prediction (NCEP), data-data intensitas hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dan data-data indek anomali iklim global (SOI (SouthOscillation Index), NINO3.4 dan IOD) digunakan untuk melengkapi analisis permasalahan. ENSO, IOD dan Monsun ditemukan semuanya berpengaruh terhadap kedalaman batas atas, batas baw ah, dan ketebalan termoklin. Secara umum ditemukan kedalaman batas atas pada musim timur lebih dalam daripada saat musim barat. Berdasarkan variasi antar tahunan iklim global ditemukan bahwa batas atas pada kejadian El Niño umumnya lebih dangkal (rerata 50,9–51,7 m) daripada saat La Niña (rerata 58,4–60,2 m). Sebaliknya batas bawah termoklin pada saat El Niño ditemukan lebih dalam (rerata 262,9–281,8 m) daripada saat La Niña (rerata 204,5–259,6 m). Ketebalan termoklin pada saat El Niño ditemukan umumnya lebih tebal (rerata 211,2–230,9 m) daripada saat La Niña (rerata 144,4–201,2 m). Faktor tingginya curah hujan sebagai indikator besarnya tutupan awan berpengaruh terhadap batas bawah termoklin, semakin tinggi curah hujan maka semakin dangkal batas bawah termoklin. Disamping faktor tersebut faktor tingginya anomali SST (seawater surface temperature) di NINO3.4 dan besarnya nilai IOD berpengaruh terhadap variabilitas kedalaman batas atas dan batas bawah termoklin. Semakin tingginya nilai anomali SST di NINO3.4 dan semakin besar nilai IOD (+) maka batas atas termoklin akan semakin dangkal dan batas bawahnya makin dalam.
Keywords :
Termoklin , ENSO , IOD , Monsun , perairan selatan Jawa , Timor
Journal title :
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences (IJMS)
Journal title :
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences (IJMS)